Akara Jakrayan

Background Story !

21 Januari 2003 adalah hari yang luar biasa bagi Kriangkrai Jakrayan (เกรียงไกร จักรยาน) dan Andina Ratna, hari dimana buah hati yang mereka tunggu bertahun tahun hadir di dunia.— Sedikit kilas balik tentang Kriangkrai dan Andina, sepasang suami istri yang kisahnya dimulai pada tahun 1995 ketika usia keduanya masih 21 tahun. Kriangkrai merupakan anak tunggal dari petinggi perusahaan pengembangan pusat perbelanjaan terbesar di Thailand yang memiliki sedikit darah Tionghoa, ia tidak sengaja bertemu Andina seorang wanita asal Indonesia yang sedang berlibur seorang diri ke Negeri Gajah Putih. Berkenalan dan jatuh cinta, hingga 2 tahun kemudian memutuskan untuk menikah dan tinggal di Indonesia sebagaimana syarat yang diberikan orang tua Andina.
Setahun, dua tahun, tiga tahun usia pernikahan tidak kunjung membuat mereka memiliki keturunan. Segala cara telah mereka coba hingga pada tahun ke-lima kabar bahagia datang, Andina akhirnya mengandung seorang bayi. Segera setelah kabar bahagia itu Kriangkrai membawa Andina ke negara kelahirannya yaitu Thailand dan memutuskan tinggal sementara di Bangkok setidaknya sampai sang buah hati berumur 3 tahun. Namun siapa sangka, ayah Kriangkrai wafat sehingga Kriangkrai lah satu satunya pewaris dan bertugas mengurus perusahaan yang ditinggalkan, hal ini membuatnya harus menetap lebih lama dari yang ia rencanakan—Dengan perasaan terharu dan bahagia mereka memberi nama bayi mungil tersebut Arthit Jakrayan (อาทิตย์ จักรยาน), betul Arthit merupakan nama asli dari buah hati yang telah mereka tunggu-tunggu. Namun, setelah 3 bulan hadir ke dunia, Arthit selalu menangis dan mengalami sakit berkepanjangan. Menurut kepercayaan orang tua setempat nama Arthit terlalu “berat” untuk digunakan, hingga akhirnya diubahlah nama Arthit Jakrayan menjadi Akara Jakrayan, yang artinya adalah kekuatan.Sejak itu Akara tumbuh menjadi anak yang sehat, tidak mudah menangis dan sangat murah senyum. Meskipun hidup di lingkungan yang terbilang mewah Akara tetap memiliki sifat rendah hati, ia dapat berteman dan bermain dengan siapa pun yang dikenalnya.
Ketika umurnya 10 tahun, sang ibunda memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menyekolahkan Akara di salah satu sekolah swasta terbaik. Kriangkrai yang harus mengurus perusahaan akan dengan senang hati pulang dan pergi ke Thailand setiap 2 minggu.
Akara tumbuh bersama teman seusianya, pergi sekolah dan suka bermain. Saat di sekolah Akara bukanlah siswa yang pintar dan berprestasi, bahkan bunda dari Akara –Andina– seringkali dipanggil karena nilai Akara yang jelek, tapi kedua orang tua Akara tidak pernah menganggap hal itu adalah aib karena menurut mereka setiap anak memiliki bakat dan minatnya sendiri.Hal itu terbukti saat Akara kelas 2 SMA, ketika salah satu guru memaksa Akara menyanyi untuk mengambil nilai malah menemukan bahwa Akara memiliki suara yang indah hingga akhirnya Akara selalu di dukung untuk mengikuti lomba menyanyi, walau menyanyi tidak ada kaitannya dengan bisnis keluarga yang nantinya harus Akara tekuni namun sang ayah tidak pernah menentang hobinya, karena menurut sang ayah hobi dapat terus berjalan bersamaan dengan pekerjaan yang diemban.